Rabu, 17 Juni 2009

''Selepas Maghrib''







Anakku...
Ku tak bermaksud menyayat hatimu
dengan sembilu kata lewat puisi
Kemarinku
Hingga sajadah basah
kau sirami dengan air matamu

Tak seharusnya kutuangkan lewat alam maya ini
tapi kemarin hatiku lurus
tak patah untuk merangkai
meski sedikit rapuh lantaran
lelahku

Anakku....
Aku belajar tegar
karena masa lalu sudah ku
janjikan dengan Ibumu untuk
dibungkus rapi dan jangan dibuka lagi
(t'lah ku kubur tak kutabur melati)

Ku yakini Sang Pengasih
dengarkan do'a kita
'tuk tegar hadapi bebatu

Ku fahami Sang Penyayang
telah siapkan untuk kita
permadani kehidupan yang lebih indah
( lalu ku hapus air matamu )

Suci....
Gadis karangku
Senandungkan saja lagu tentang
jiwa yang agung
tentang nurani yang memutih
Aku tak tinggal diam
siapkan perahu hidupmu

Anakku...
Ma'afkan puisi
kemarin ku
( sesa'at aku diam pandangi malam yang tenang lewat jendela
jiwa yang berdebu)

(Ketika hidup harus kembali, 17 Juni '09)






4 komentar:

  1. uuuwhhhh,...


    co cweet bgt,...

    hikz,.. hikz,...

    BalasHapus
  2. Puisi yang menyayat hatiku. Aku jadi teringat pada anakku. Mungkin karena aku terlalu kasar padanya...

    BalasHapus
  3. hmm sebuah kasih sayang yang di ungkapkan dengan puisi... nice bgt

    BalasHapus

Daftar Blog Saya